Dalam kesempatan ini saya ingin menceritakan sebuah kisah korban yang selamat dalam gempa dan tsunami di Indonesia.Ini adalah menyangkut keluarga adik bungsuku (berjumlah enam orang yaitu kakak laki-laki,3 orang kakak perempuan,dan 2 orang keponakan).Mereka membuka usaha kelontong di kota Meulaboh yang merupakan daerah terparah serta korban terbanyak akibat bencana tsunami ini.Mereka membuka usaha di sana kira-kira hampir 10 tahun,dan mereka bersaudara menanamkan modal seluruhnya di sana berhubung krisis ekonomi dan persaingan ketat dalam berusaha di kota Medan.Adikku dan suaminya mendapat tugas di kota Medan untuk bagian pembelian barang-barang dan menjaga keponakan yang sekolah di kota Medan.
Saya dilahirkan 37 tahun yang lalu di kota Medan,akan tetapi belum pernah sekalipun menginjakan kaki di propinsi Aceh yang merupakan tetangganya propinsi Sumut,berhubung tidak adanya keluarga maupun kerabat yang berada di sana.Pernah sekali adikku mengajak saya ke kota Meulaboh karena saya bisa mabuk kenderaaan serta jalan yang berkelok-kelok itu,saya urungkan niat ke sana.
Saat mendengar kabar dari saudara dan teman adanya gempa di kota Medan dan Aceh yang kemudian disusul adanya gelombang tsunami yang menyapu rata sebagian propinsi Aceh , rasanya tidak percaya kalau bencana ini juga membuat orang banyak yang kehilangan. Mereka mengabarkan bahwa gempa ini sangat kuat dan lama sekali (kira-kira 5-10menit) .Sewaktu saya masih di Medan sudah ada 3 -4 kali terjadi gempa ,bersyukur dalam musibah kali ini kota Medan tidak mengalaminya hal-hal buruk seperti Aceh.Saudaraku yang lain hanya mengabarkan kemungkinan kakak ipar adikku telah menjadi korban dalam musibah ini.
Menurut adikku saat adanya gempa, mereka belum tahu kalau di Aceh juga ada gempa,saat menghubungi mereka yang berada di Meulaboh sudah putus,tak tersambung lagi.Baru beberapa hari kemudian berita di televisi/koran yang mengabarkan bahwa kota Meulaboh menjadi tempat terparah & korban terbanyak akibat tsunami ini.Adikku mengabarkan bahwa hatinya sangat kacau,seringnya gempa susulan serta belum adanya berita mengenai keselamatan saudaranya di Aceh.rasanya dunia ini mau kiamat saja,hatinya sehancur kota Aceh yang dilanda tsunami.Adikku selalu berdoa & tetap berusaha mencari dan percaya mereka masih hidup & selamat semuanya. Segala usahapun dilakukan,bahkan biaya transport ke tempat lokasi saja bisa mencapai dua juta rupiah,pelayanan telepon pencari korban juga sering diacuhkan(rupanya masih ada saja rasa diskriminasi). Akhirnya titik terang kembali memberkas takkala pamannya yang duluan diterbangkan ke Medan melihat salah seorang kakak ipar sedang mencari sisa barang di tokonya ,sedangkan pamannya kehilangan 2 orang anak.Anaknya dititip ke tempat lain di daerah sekitar pantai karena takut adanya gempa susulan lagi.Malang tak dapat
ditolak tsunami ini pula yang menewaskan mereka ~~~.
Baru kemudian saat Hari Raya Imlek tahun lalu,mereka semuanya selamat dan berkumpul kembali .Menurut mereka saat tsunami datang mereka semuanya lari dan menumpang pada mobil orang lain ,selama dua minggu mereka mengungsi bersama-sama ,baru kemudian tinggal di kamp.pengungsian di Lhoksukun.Hubungan telepon putus total ,barang-barang di toko sudah kosong,sisa barangpun dijarah sampai habis,mereka tidak dapat mengabari tentang keselamatan mereka.Sekarang mereka semua telah berkumpul kembali, harta sudah ludes dan harus memulai dari nol kembali.Harta sebenarnya dapat dicari lagi,yang penting Tuhan telah melindungi mereka selamat dari bencana ini.Adanya cobaan dariNYA yang dapat membuat kita semakin mengerti tentang kehidupan ini,manusia selayaknya harus saling tolong-menolong dan kita tidak boleh melupakanNYA.