Kedatangan saya di Taiwan dikarenakan saya menikah dengan orang Taiwan. Hal ini sungguh tak pernah terbayangkan oleh saya, karena sejak dahulu saya kurang begitu suka dengan Taiwan (ROC), entah mengapa??? Mungkin karena orang tua keturunan dari Daratan Tiongkok dan pandangan hidupnya ke arah sana (RRC).                                
Jika saya hendak tamasya ke luar negeri, saya tidak akan pernah memilih Taiwan sebagai tempat wisata saya. Pernah sekali diajak saudara untuk tamasya bersamanya ke Taiwan dan beberapa negara lainnya, akhirnya saya menolak, lebih baik tidak pergi tamasya. Tetapi…… akhirnya saya mendapat pasangan hidup orang Taiwan, aneh memang!!
Pertemuan dengan suami saya pun sangat tak diduga sama sekali. Hari itu saya berkunjung ke rumah orang tua angkat saya, ternyata orang tua angkat saya sedang kedatangan tamu-tamu dari Taiwan, yaitu suami saya dan teman2nya (salah satu teman suami saya adalah teman baik orang tua angkat saya). Disanalah kami berkenalan.
Kebetulan sekali saat itu menjelang hari natal dan tahun baru, suami saya berkunjung ke Indonesia selama 3 minggu, rencananya berlibur sekaligus ingin belajar bersama temannya untuk berbisnis di Indonesia. Karena waktunya cukup lama, akhirnya kami sering bertemu, orang tua angkat saya pun rupanya mengambil kesempatan ini agar saya dan suami dapat lebih sering saling bertemu..
Orang tua angkat saya tahu bahwa selama ini saya sulit sekali untuk di kenalkan dengan seorang laki-laki, terlebih setelah kepergian ayah saya. Saya pernah berjanji untuk tidak menikah setelah kehilangan ayah tercinta, karena saya takut tidak dapat menemukan seorang laki-laki seperti ayah saya, yang saya pujakan selama ini.
Jadi orang tua angkat saya pun tidak membicarakan hal ini, mereka hanya mencoba berusaha mengambil kesempatan yang ada, karena waktu sayapun sangat fleksibel.
Dari kesempatan beberapa kali bepergian bersama, saya hanya dapat melihat bahwa suami saya ini orangnya tidak banyak bicara, jika bicarapun selalu membicarakan yang nyata, tidak mengada-ngada. Pembicaraan kami pun tidak banyak, berhubung saat itu bahasa mandarin saya tidak cukup lancar.
Kesan saya terhadapnya cukup baik, tapi jika dilihat dari penampilannya, kelihatan cukup mengerikan dan sepertinya agak galak. Sempat terlintas dalam pikiran saya, apakah orang Taiwan ini benar-benar mengerikan??
Sangat tidak terduga sama sekali, menjelang seminggu kepulangannya ke Taiwan, orang tua angkat saya bersama Ibu saya memberi tahu saya mengenai keseriusan suami saya terhadap saya.
Bagai tersambar petir! Bayangkan saja hanya pertemuan kurang lebih 10 hari, suami saya dengan beraninya meminang saya.
Saat itu saya terkejut sekali, sehingga tak dapat mengucapkan kata sepatahpun. Dalam perjalanan mengendarai mobil, jantung saya terus berdetak tak menentu, untungnya saya masih dapat menguasai perjalanan.
Setiba dirumah saya pun tak dapat menelan nasi, padahal sejak siang hari saya belum santapan, dan yang aneh makanan kesukaan saya yang tersediapun tidak dapat saya telan. Benar-benar keadaan mengerikan yang belum pernah saya alami selama ini.
Akhirnya mereka menunggu sampai 2 hari kemudian, ini benar-benar keadaan yang aneh. Saya masih belum dapat bicara, apakah harus menolak atau menerima. Hati kecil ingin menolak, tapi perkataan itu tidak dapat keluar. Karena saya belum mengenal keluarganya, dan saya tidak tahu dengan pasti bagaimana kehidupan di Taiwan, walaupun orang tua angkat saya sudah menggambarkan secara singkat.
Saat itu saya hanya dapat bergantung pada orang tua angkat saya, karena suami saya menginap di rumah orang tua angkat saya, sehingga setiap malam mereka dapat sering mengobrol bersama.
Orang tua angkat saya memberitahu saya bahwa laki-laki ini sangat baik. Dilihat dari cara bicara dan pandangan hidupnya juga sangat bertanggung jawab.
2 hari menjelang kepulangannya ke Taiwan, saya benar-benar tidak dapat mengeluarkan kata-kata untuk menolaknya, juga tidak mengeluarkan kata-kata menerima dia, sehingga suami saya berpikir bahwa saya menerimanya, untungnya suami saya saat itu juga mengatakan bahwa dia akan bicara dengan ayahnya dahulu.
Sejak itu kami berhubungan hanya menggunakan telfon saja. Sebulan kemudian, tiba-tiba suami saya memberitahu bahwa dia akan datang ke Indonesia. Karena terkejut sehingga dengan spontan saya bertanya: untuk apa??? Suami menjawab untuk memastikan hubungan kami.
Hati saya kembali kacau, dan saya juga memarahi diri sendiri. Kalau memang ingin menolak, harus berani mengatakannya, jangan mempermainkan orang yang datang dari jauh.                                
Sekali lagi bibir ini tidak dapat mengatakan penolakkan, saya benar-benar tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada diri saya. Sebenarnya saya ini orangnya tegas, jika tidak tetap jawab tidak. Tetapi kali ini mengapa saya tidak dapat membuka mulut????
Akhirnya tibalah kedatangan suami saya, nah kedatangannya kali inilah untuk memastikan hubungan kami.
Singkatnya, seminggu kemudian barulah saya dapat mengatakan menerimanya. Lalu suami saya menyuruh wakil keluarganya datang untuk acara peminangan. Setelah itu barulah direncanakan hari pernikahan kami setengah tahun kemudian.
Semua orang mengatakan ini adalah jodoh, kalau waktunya sudah tiba, kita tak dapat melarikan diri lagi darinya. Apakah ini benar? Sayapun tak dapat mengatakannya.
Benar atau tidak, yang pasti Tuhan memang segalanya, dan Dia lah yang mengatur kehidupan kita di dunia.
Suami saya memang benar-benar menyayangi saya dan melindungi saya. Terima kasih Tuhan. Semoga selanjutnya segala rintangan dapat saya lalui dengan baik dan pasrah.
Pengalaman saya ini masih banyak lagi yang akan saya ceritakan, semoga lain waktu kita masih dapat berjumpa lagi dan para pembaca dapat menerimanya. Terima kasih.